Senin, 05 April 2010

PEMBENTUKAN KAB.PANGANDARAN

Presidium Pembentukan Kabupaten Pangandaran tetap optimistis Kabupaten Pangandaran sebagai pecahan dari Kab. Ciamis akan berdiri sesuai harapan warga. Optimisme presidium itu antara lain didasari oleh adanya kesungguhan dari sejumlah anggota Komisi II DPR RI untuk memperjuangkan pembentukan Kabupaten Pangandaran.

“Karena itu, pernyataan sementara fihak yang menyebutkan bahwa tahapan Kab Pangandaran belum jelas nasibnya, kurang tepat,” kata Ketua Presidium Pembentukan Kabupaten Pangandaran H. Supratman, B.Sc didampingi sejumlah anggota presidium lainnya di Desa Cikembulan Kec. Sidamulih, Ciamis selatan, Kab. Ciamis, Selasa (29/12) kemarin.

Supratman menjelaskan, hasil dari rapat paripurna DPR RI yang dipimpin Agung Laksono (29/9/2009) yang dihadiri seluruh fraksi dan jajaran Presidium Kab. Pangandaran mengesahkan bahwa Kab. Pangandaran menjadi usul inisiatif anggota DPR RI 2004/2009. Selain itu, draf RUU Kab. Pangandaran sudah diharmonisasi Badan Legislasi DPR RI untuk dijadiakan RUU.

Selain Kab. Pangandaran, katanya, terdapat 10 kab/kota dan 2 propinsi di Indonesia yang usulan inisiatifnya diterima. Kabupaten/Kota tersebut adalag Kab. Buton Tengah, Buton Selatan, Konawe Kepulauan, Mauroke, Luwu Tengah, Kutai Pesisir, Muman, Malawoi, Maybrat Sau, Kepulauan Talibau, Provinsi Buton Raya, dan Provinsi Kapuas Raya.

Ia menambahkan, agar Kabupaten Pangandaran segera terbentuk, jajaran presidium, Jumat (25/12) lalu, menemui Wakil Ketua Komisi II DPR RI, H. A. Gaffar Patappe (Partai Demokrat). Saat ditemui, Gaffar Patappe kepada presidium mengatakan bahwa Komisi 2 DPR RI setelah reses (sekitar Januari 2010) akan turun ke Pangandaran untuk mencari bahan dilakukannya pembahasan RUU menjadi UU.

Wakil Ketua Komisi 2 DPR RI Gaffar Patappe juga, katanya, berjanji akan secara serius memperjuangkan pemekaran wilayah kaarena dengan pemekaran akan terjadi peningkatan kesejahteraan, dan semakin banyak anggaran turun ke daerah yang akan memperkecil kesenjangan antara daerah dan pusat.

GREEN CAYON IN PANGANDARAN CITY



Sebenarnya tempat ini punya nama asli yaitu Cukang Taneuh. Nama Green Canyon sendiri dipopulerkan oleh seorang warga Perancis pada tahun 1993. Sedangkan Cukang Taneuh punya arti yaitu jembatan tanah. Hal itu dikarenakan di atas lembah dan jurang Green Canyon terdapat jembatan dari tanah yang digunakan oleh para petani di sekitar sana untuk menuju kebun mereka.

Green Canyon Indonesia ini terletak di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Pangandaran, Jawa Barat.

Objek wisata mengagumkan ini sebenarnya merupakan aliran dari sungai Cijulang yang melintas menembus gua yang penuh dengan keindahan pesona stalaktif dan stalakmitnya. Selain itu daerah ini juga diapit oleh dua bukit, juga dengan banyaknya bebatuan dan rerimbunan pepohonan. Semuanya itu membentuk seperti suatu lukisan alam yang begitu unik dan begitu menantang untuk dijelajahi.

Untuk mencapai lokasi ini wisatawan harus berangkat dari dermaga Ciseureuh. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan menggunakan perahu tempel atau kayuh yang banyak tersedia di sana. Jarak antara dermaga dengan lokasi Green Canyon sekitar 3km, yang bisa ditempuh dalam waktu 30-45 menit. Sepanjang perjalanan kita akan melewati sungai dengan air berwarna hijau tosca. Mungkin dari sinilah nama Green Canyon berasal.

Begitu terlihat jeram dengan alur yang sempit yang sulit dilewati oleh perahu berarti sudah sampai di mulut Green Canyon, di mana airnya sangat jernih berwarna kebiru-biruan. Di sinilah awal petualangan menjelajah keindahan objek wisata ini dimulai. Dari sini wisatawan dapat melanjutkan perjalanan ke atas dengan berenang atau merayap di tepi batu. Disediakan ban dan pelampung bagi yang memilih untuk berenang. Meski harus menempuh cara seperti ini, perjalanan dijamin sepenuhnya aman. Bahkan untuk anak-anak 6 tahun ke atas cukup aman untuk menyusuri aliran sungai dengan menggunakan ban dan dipandu oleh pemilik perahu yang disewa.

Perjalanan akan terus berada dalam cekungan dinding terjal di kanan kiri aliran sungai. Dinding-dinding untuk menyajikan keindahan tersendiri, yang paling unik berbentuk menyerupai sebuah gua yang atapnya sudah runtuh. Selain itu di bagian atas beberapa kali pengunjung akan melewati stalaktit-stalaktit yang masih dialiri tetesan air tanah. Setelah beberapa ratus meter berenang, akan terlihat beberapa air terjun kecil di bagian kiri kanan yang begitu menawan. Jika diteruskan berenang maka pengunjung akan sampai pada ujung jalan, di mana terdapat gua yang dihuni oleh banyak kelelawar.

Alur aliran sungai ini cukup panjang, sehingga pengunjung dapat berenang sepuas-puasnya sambil mengikuti arus dari air terjun. Selain pemandangan indah di atas permukaan air, Green Canyon akan menjadi surga tersendiri bagi yang suka menyelam. Tinggal membawa beberapa alat selam, pemandangan menakjubkan cekungan-cekungan di dalam air siap untuk ditelusuri dan dinikmati, lengkap dengan beragamnya ikan-ikan yang berenang ke sana kemari di dasar lubuk. Bagi yang suka menantang adrenalin, dapat meloncat dari sebuah batu besar dengan ketinggian 5m ke dasar lubuk yang dalam.

Bagi Anda yang benar-benar ingin menikmati keindahan objek wisata Green Canyon harus paham dengan musim-musimnya. Karena saat terbaik untuk bisa menikmati keindahaan objek wisata ini adalah beberapa saat setelah masuk musim kemarau. Karena jika pada musim hujan, dikhawatirkan deras sungai dan warna airnya pun akan menjadi coklat.

Sebelum Anda memutuskan untuk ke Green Canyon, sebaiknya terlebih dahulu menyiapkan uang tunai yang cukup. Pasalnya, disana tidakada bank atau ATM. Untuk ATM, tempat penginapan dan fasilitas akomodasi yang lengkap bisa Anda dapatkan di Pangandaran.

Untuk akses berperahu, disana tersedia armada perahu yang cukup banyak. Ada sekitar 100 unit perahu yang dapat mengantarkan Anda untuk menelusuri objek wisata ini. Pada setiap perahu akan dilengkapi seorang juru dan tugas batu untuk memandu Anda dalam perjalanan.

Rute perjalanan yang harus ditempuh untuk menuju Green Canyon yaitu :

Dari JAKARTA dan BANDUNG,

Anda bisa mengikuti Rute Arah ke Jawa Tengah dengan melalui Kota Tasik-Ciamis Kota-Kota Banjar- Pangandaran.

Dari JAWA TIMUR dan JAWA TENGAH,

Untuk JAWA TIMUR anda dapat menuju Arah JAWA TENGAH terlebih dahulu, lalu dilanjutkan untuk mengambil jalur ke Jawa Barat dengan mengikuti jalur Arah (Purworejo-Kebumen-Wangon-Banjar- Pangandaran-Ciamis).

Bagi Anda yang menggunakan kendaraan umum, tentunya tidak usah repot memikirkan rute. Karena sopir akan membawa Anda Langsung ke Pangandaran(Green Canyon). Tapi yang perlu diperhatikan yaitu tempat Anda Menginap disana, anda bisa memilih penginapan yang terdapat di hotel-hotel yang tersedia banyak di Pangandaran atau bisa juga menginap di objek wisata Batukaras yang sangat berdekatan dengan Green Canyon. (untuk data informasi hotel anda bisa lihat pada list hotel yang tesedia di situs ini).

Jumat, 27 November 2009

Selasa, 17 November 2009

PANTAI BATU HIU









Tempat wisata lain yang bisa dikunjungi selanjutnya adalah Pantai Batuhiu.
Terletak ± 14Km dari arah Pangandaran ke selatan, tepatnya di Desa Ciliang Kecamatan Parigi. Pantai Batuhiu memiliki panorama alam yang sangat indah dengan memiliki sebuah bukit kecil yang didalamnya banyak ditumbuhi berbagai macam tumbuhan pantai seperti pandan wangi. Dari atas bukit kita bisa menyaksikan keindahan birunya laut batuhiu dengan gulungan ombak yang besar. Sekitar 200 meter dari bibir pantai ke arah laut terdapat karang laut yang menyerupai mirip dengan ikan hiu, maka dari itu kenapa pantai ini disebut oleh orang sekitar dengan sebutan pantai Batuhiu. Akan tetapi saat ini karang yang menyerupai ikan hiu tersebut sudah tidak berbentuk ikan hiu seperti yang diceritakan sebelumnya karena dengan seiring berjalannya waktu karang tersebut terkikis oleh ombak yang besar-besar, dan pantai batuhiu terkenal dengan ombak yang besar diantara objek-objek pantai didaerah selatan Jawa Barat. Dengan kondisi ombak seperti itu maka pengunjung tidak diperbolehkan untuk berenang. Keindahan pantai dapat dinikmati dari sebuah bukit dan tepian pantai. Cocok sekali untuk meluapkan ekspresi anda untuk mengambil moment dengan pemotretan dan sangat cocok untuk anda yang akan mengambil scense untuk pre wedding. Jangan lewatkan untuk membeli cinderamata berupa hiasan-hiasan yang terbuat dari bahan-bahan yang diambil dari laut dan sekitar pantai, serta jenis ikan-ikan hias serta kerang.

DAMAINYA LAUT DENGAN PANTAI PANGANDARAN

















































Pangandaran: Berdamai dengan Laut

18-03-2008 · 5 Pesan
Reklamasi di Pantai Timur. Foto oleh: Ratih Kumala.
Selama lebih dari satu minggu kemarin (9-17 Maret 2008) saya dan istri menghilang dari Jakarta. Salah satunya kami pergi ke Pangandaran. Setelah bencana tsunami hampir dua tahun lalu, saya sudah beberapa kali pulang ke sana. Tapi baru kemarin saya memiliki waktu luang untuk berjalan-jalan kembali sepanjang pantai.
Syukurlah, denyut kehidupan kota itu sudah tampak seperti sediakala, meskipun belum bisa dikatakan pulih sepenuhnya. Minggu itu badai membuat angin laut sangat kencang dan permukaan ombak lebih tinggi dari biasanya. Tapi masih banyak anak-anak yang bermain bola di pasir, serta orang-orang yang bermain selancar di permukaan ombak. Mereka tengah mencoba mengikis trauma, merelakan yang mati dan hilang, dan berdamai dengan laut.
Tunas-tunas ketapang, program reboisasi sepanjang pantai. Foto oleh: Ratih Kumala.
17 Juli 2006 menjelang malam, saya sedang berdiri di depan bioskop Megaria dengan satu tiket masuk. Karena istri saya sedang pergi ke Solo, saya punya kebiasaan menghabiskan waktu dengan menonton seorang diri. Saya lupa film apa yang hendak saya lihat malam itu, sebab tiket masuk tak pernah saya pergunakan.
Saat itu telepon tiba-tiba berdering. Dari Wawa, adik saya. Tak jelas apa yang ia katakan. Saya hanya mendengar suara tangisannya, bercampur teriakan-teriakan, dan napasnya yang ngos-ngosan. Setelah beberapa saat mencoba menenangkannya dan bertanya apa yang terjadi, baru saya tahu, Wawa menelepon sambil berlari menghindari air laut yang tiba-tiba menghantam kota kecil kami, Pangandaran.
Di kota itu, ayah dan ibu saya, serta adik-adik tinggal. Wawa sebenarnya tinggal di Yogya, tapi malam itu ia sedang berlibur di Pangandaran. 17 Juli 2006 akan selalu dikenang penduduk kota tersebut sebagai hari ketika bencana tsunami menghantam. Tak hanya bangunan-bangunan sepanjang pantai yang rata dengan tanah: lebih dari 300 orang meninggal, banyak diantaranya dinyatakan hilang.
Malam itu, saya memutuskan untuk berangkat ke Pangandaran. Meskipun istri saya dan beberapa teman mengingatkan betapa berbahayanya datang langsung ke tempat itu, saya memutuskan untuk tetap pergi ke sana. Saya meyakinkan mereka bahwa saya mengenal dengan baik kota Pangandaran. Apa pun yang terjadi, saya ingin tahu secara langsung keadaan keluarga saya. Terutama setelah mengetahui, dalam pelarian dan pengungsian tersebut, seluruh anggota keluarga saya tercerai-berai di tempat-tempat penampungan yang berbeda.
Saya sudah sampai di Pangandaran pukul 2 dinihari. Bersama seorang ayah yang mengaku mendapat kabar anaknya menjadi korban tsunami (selamat tapi dirawat di rumah sakit), barangkali kami merupakan dua orang luar kota yang pertama kali datang ke kota itu. Baru menjelang pagi sukarelawan, bantuan, tentara, dan wartawan memenuhi alun-alun kecil di depan masjid agung. Itu sejauh yang saya lihat.
Air laut hanya mencapai bagian belakang bangunan SMPN 1 Pangandaran, sekolah saya waktu SMP. Itu artinya, rumah orang tua saya yang hanya terpisahkan oleh satu lapangan bola dengan SMP tersebut, selamat. Ketika saya sampai di rumah, suasana sangat sepi. Semua rumah nyaris tak berpenghuni. Tapi akhirnya saya menemukan ayah saya masih berada di rumah.

Saya tak bisa menjelaskan dengan tepat seperti apa ayah saya. Saya sangsi apakah ia seorang yang realistis atau apatis. Ia bilang, tak yakin tsunami akan mencapai rumah kami, karena itu sementara ibu dan adik-adik saya, serta para tetangga berlarian menyelamatkan diri, ia memilih untuk tetap tinggal di rumah. Konon ia malah sempat menggiring ayam-ayam kampung peliharaannya ke dalam kandang. Karena ayah tidak mau mengungsi, akhirnya paman saya, adik ayah yang paling kecil, juga tidak mengungsi untuk menemaninya. Dini hari itu, hanya saya, ayah dan paman yang tinggal di rumah. Di sekeliling kami, hanya rumah-rumah yang kosong. Hanya sesekali muncul patroli, dan suara anjing melolong.

Paman mengingatkan kami, jika terjadi gempa dan tsunami susulan, cara terbaik adalah lari ke loteng rumah. Itu juga yang ada di dalam pikiran saya. Rumah kami terdiri dari dua lantai, dan saya yakin, jika terjadi gelombang susulan yang lebih kuat, lantai dua rumah kami cukup aman. Tinggi permukaan tanah rumah kami sekitar 6 atau 7 meter dari permukaan laut. Jika ada gelombang yang lebih tinggi dari itu, saya percaya, alternatif lain hampir tidak ada.

Karena saya juga percaya gempa dan tsunami susulan tak pernah lebih besar dari yang sebelumnya (saya harus mengoreksi keyakinan yang barangkali suatu ketika berakibat buruk ini), subuh itu saya memutuskan tidur di bawah. Karena lelah oleh perjalanan dari Jakarta ke Pangandaran (yang mencapai sekitar 8 jam perjalanan), saya tertidur di sofa. Ayah juga melanjutkan tidurnya di kamar. Hanya paman yang agak panik dan memutuskan untuk tidak tidur, berjaga-jaga.

Baru setelah pagi, dengan bantuan telepon genggam, saya berhasil menghubungi ibu dan adik-adik di pengungsian. Semuanya selamat. Satu-satunya kerugian kami adalah: usaha keluarga bisa dikatakan bangkrut, sebab usaha kami berhubungan dengan industri pariwisata yang hancur total di sepanjang pantai.
Kini, adik pertama saya, Remi, membangun kembali usaha keluarga yang porakporanda bersamaan dengan tsunami. Remi yang pada dasarnya sarjana peternakan dari Universitas Gadjah Mada, berhenti bekerja dari perusahaan peternakan untuk menekuni bisnis pakaian jadi, khususnya membuat pakaian suvenir — yang merupakan usaha ayah saya sejak lama. Harapan belum pudar: toko-toko sepanjang pantai mulai dibangun lagi, termasuk toko keluarga, dan para pelancong mulai berdatangan kembali.

Harapan juga terlihat di sepanjang pantai. Kini di pantai timur, tengah dibangun beton penangkal gelombang, sekaligus mereklamasi bagian yang sudah telanjur erosi oleh gelombang. Di sepanjang pantai barat — yang diterjang tsunami dan menelan korban paling banyak — kini penuh ditanami pohon ketapang. Dua atau tiga tahun yang akan datang, pohon-pohon itu pasti sudah cukup tinggi, paling tidak untuk menahan sementara terjangan angin badai dan gelombang besar. Selain itu dibangun pagar beton sampai ujung kota, yang sekaligus berfungsi sebagai pot tanaman dan tempat para pengunjung bisa sekadar duduk-duduk.

Sekali lagi, trauma masih ada. Penduduk di sekitar pantai kini jauh lebih mudah merasa panik hanya karena gelombang besar menghantam jalan raya di pinggir pasir. Padahal mereka tahu, gelombang seperti itu sudah sering terjadi, terutama di sekitar bulan purnama. Meskipun begitu, tidak saya lihat keputus-asaan. Seperti adik saya yang berani menggeluti usaha yang bukan bidangnya, penduduk kota itu juga tetap bertahan di sana — meskipun banyak hal telah hilang dari mereka: rumah, toko, bahkan mungkin sanak-keluarga.

Di setiap perempatan jalan kini terlihat rambu-rambu penujuk jalur evakuasi. Juga petunjuk darurat apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana. Saya hanya berharap sikap berjaga-jaga seperti ini, rambut-rambu tersebut, dan semua upaya (yang terlambat karena baru dibuat pascabencana), akan tetap ada hingga lima puluh, seratus tahun, bahkan selamanya.

Kita tak mungkin menyalahkan laut, juga gempa yang akan selalu terjadi di dasar sana. Tapi kita bisa berdamai dengannya, hidup berdampingan di sisinya. Bagi saya pribadi, tak mungkin rasanya mengindari laut. Saya telanjur mencintai laut, sejak ayah membawa kami pindah ke Pangandaran ketika saya masih berumur sepuluh tahun.

CAGAR ALAM IN PANGANDARAN CITY


























PANGANDARAN - Cagar Alam Pananjung
Cagar alam seluar ± 530 hektar, yang diantaranya termasuk wisata seluas 37,70 hektar berada dalam pengelolaan SBKSDA Jawa Barat II. Memiliki berbagai flora dan fauna langka seperti Bunga Raflesia Padma, Banteng, Rusa dan berbagai jenis Kera.
Selain itu, terdapat pula gua-gua alam dan gua buatan

seperti: Gua Panggung, Gua Parat, Gua Sumur Mudal, Gua Lanang, gua Jepang serta sumber air Rengganis dan Pantai Pasir Putih dengan Taman Lautnya.
Untuk Taman Wisata Alam (TWA) dikelola Perum Perhutani Ciamis

Di Pangandaran ini kami yakin anda akan dapat menikmati suasana yang tenang , teduh dan juga anda di hibur dengan hadirnya binatang -binatang yang cukup jinak untuk menemani anda .
Dengan membeli beberapa bungkus kacang anda dapat memberi makan langsung ke binatang - binatang jinak , seperti Monyet , Rusa , dan binatang lainnya yang dilindungi .
Pastikan jika anda berkunjung ke Pangandaran untuk mampir ke Cagar alam Pananjung Pangandaran .
Hubungi kami : MAGNET ADVENTURE untuk berkunjung ke Pangandaran
telp : 021-53674785
Cagar Alam seluas 530 ha yang diantaranya termasuk hutan wisata seluas 37,70 ha berada. Memiliki berbagai flora dan fauna langka seperti Bunga Raflesia Padma, Banteng, Rusa, dan berbagai jenis Kera.

Selain itu, terdapat pula goa-goa alam dan gua buatan seperti : Goa Panggung, Goa Parat, Goa Sumur Mudal, Goa Lanang, Goa Jepang, serta Sumber Mata Air Cirengganis dan Pantai Pasir Putih dengan Taman Lautnya.

Untuk masuk ke Taman Wisata Alam Pananjung bisa ditempuh dengan dua cara yaitu lewat darat di pantai timur dan melalui laut di pantai barat. Pada perjalanan saat ini kami melalui laut dari Pantai Barat, dengan menyewa perahu. Sebelum mendarat di pasir putih, nakhoda perahu menghentikan mesin dan mempersilahkan penumpang melongok ke bawah permukaan air untuk melihat berbagai jenis ikan hias. Sungguh panaroma bawah laut yang sangat indah.

MENJELANG SORE IN PANGANDARAN IS THE BEST















Taman Wisata Alam Pangandaran

Keadaan umum
TWA Pangandaran secara administrasi pemerintahan adalah termasuk Desa Pangandaran Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat dengan batas-batas sebagai berikut:
-Sebelah barat berbatasan dengan cagar alam laut Pangandaran
-Sebelah timur berbatasan dengan cagar alam laut Pangandaran
-Sebelah utara berbatasan dengan desa Pangandaran
-Sebelah selatan berbatasan dengan cagar alam Pangandaran
Secara wilayah pengelolaan hutan TWA Pangandaran termasuk pada BKPH PAngandaran KPH Ciamis dan BKSDA Jabar II Ciamis.

Berdasarkan Schmidt dan ferrguson, TWA Pangandaran dan sekitarnya termasuk tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata 3.196mm/tahun, suhu udara rata-rata 25C-30C dengan kelembaban 80-90%. Curah hujan terbanyak antara Oktober-Maret, dan bulan kering pada bulan Juli-September.

Keadaan tofografi sebagian besar landai dengan beberapa tempat terdapat tonjolan bukit kapur yang terjal. Elevasi antara 0-20m dpl dan didaerah landai antara 2-3m dpl

Potensi Kawasan
Kawasan Taman Wisata Alam Pangandaran memiliki kekayaan sumber daya hayati berupa flora dan fauna serta keindahan alamnya. Hutan sekunder yang berumur 50-60 tahun dengan jenis dominan antara lain laban (Vitex pubescens), Kisegel (Dillenia exelsa) merong (Cratox formoreum) dll. Mamalia antara lain kera ekor panjang (macaca fascicularis) lutung (presbytis cristata) kolong (pteropus javanicus) banteng (bos sandaicus) rusa, kancil & landak. Jenis bururng antara lain canghegar, tulung, tumpuk dan larwo. Jenis reptil antara lain biawak, tokek, ular pucuk.

Potensi wisata
Kegiatan wisata yang dapat dilakukan di TWA Pangandaran diantaranya lintas hutan indah, penelitian flora dan fauna dan menikmati pantai selatan.

Sejarah kawasan
Pada tahun 1922 Eyken membeli tanah pertanian dipananjung Pangandaran, kemudian memindahkan penduduk yang tinggal didaerah yang sekarang menjadi taman wisata alam. Selanjutnya daerah tersebut dikelola sebagai daerah perburuan pada tahun 1931, dilakukan tindakan untuk memperbaiki habitat bagi satwa berkuku yang dimasukkan.
Pada tahun 1934 daerah tersebut diresmikan menjadi sebuah "Wildreservaat" dengan keputusan Statblad 1934 nomor 663. Tetapi ditemukannya jenis-jenis tumbuhan penting, termasuk Raflesia Patma pada tahun 1961, statusnya diubah menjadi cagar alam, dengan surat keputusan Menteri Pertanian no.34KMP/tahun 1961. Akhiranya pada tahun 1978, karena adanya potensi yang dapat mendukung pengembangan pariwisata alam , maka sebagian wilayah cagar alam yang berbatasan dengan areal pemukiman statusnya diuabah menjadi Taman Wisata Alam.
Dan pada tahun 1990 dikukuhkan pula kawasan perairan disekitar cagar alam laut (470ha) sehingga luas kawasan perairan disekitar Pangandaran seluruhnya menjadi 1500ha. Perkembangan selanjutnya berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.104/kpts-II/1993 pengusahaan TWA Pangandaran diserahkan kepada Perum Perhutani dan diserahkan fisik pengelolaannya pada 1 November 1999.
TWA Pangandaran memiliki daya tarik fenomena alam diantaranya:
a. Batu Kalde salah satu peninggalan sejarah, batu tersebut menyerupai keledai diperkirakan berasal Zaman Hindu.
b. Gua alam dan gua buatan seperti gua panggung, gua parat, gua lanang
c. Gua Sumur mudal dan terdapat pula gua-gua peninggalan Jepang.

Juga terdapat beberapa daya tarik wisata yang berada diluar TWA baik yang berada dikawasan Cagar alam darat maupun cagar alam laut, yaitu ;
1. Batu layar, yang menurut legenda batu tersebut merupakan perwujudan dari sebuah kapal yang ditumpangi oleh Putri Tandarun Cagang bersama suaminya seorang Belanda.
2. Cirengganis yaitu sebuah mata air keramat yang mengalir menjadi sungai. Konon dapat membuat orang awet muda bila orang tersebut mandi atau cuci muka ditempat tersebut.
3. Pantai pasir putih, berada dikawasan Cagar alam Laut dengan berbagai kegiatan yang dapat dilakukan adalah berjemur, dan melihat taman laut
4. Padang pengembalan Cikamal, merupakan areal padang rumput dan semak seluas 20ha sebagai habitat banten dan rusa.
5. Air terjun terdapat dikawasan cagar alam bagian selatan dapat ditempuh dengan jalan kaki selama 2 jam melalui jalan setapak dibawah tegakan hutan tersebut.

Legenda-legenda yang terdapat dikawasan TWA Pangandaran.

a. Gua Keramat ata Gua Parat
Menurut cerita gua ini dahulunya merupakan untuk bertapa dan bersemedi oleh beberapa Pangeran dari mesir yaitu Pangeran kesepuluh (Syekh Ahmad) Pangeran Kanoman (Syech Muhammad), Pangeran Maja Agung dan Pangeran Raja Sumenda. Pangeran Maja agung mempunyai istri empat yang salah satu istrinya bernama Dewi Cimilar Putri Jin, mempunyai seorang putri yang bernama Dewi Ranggasmara.
Pangeran Batara sUmenda adalah kakak dari Pangeran Maja Agung. Pada suatu hari Pangeran Maja Agung memanggil kedua putranya Pangeran Ahmad dan Pangeran Muhammad untuk memberikan tugas untuk mengislamkan daerah Ciamis Selatan.
Pangeran Maja Agung percaya bahwa anaknya dapat menjalankan tugasnya karena mereka mempunyai kesaktian dari sepuluh jimat yang disebut Konco Kaliman.
adik tirinya yang bernama Dewi Ranggasmara pernah meracuni kedua kakaknya karena menginginkan jimat akan tetapi perbuatannya segera diketahui. Sebagai pembalasannya kakaknya hendak memperkosa adiknya akan tetapi hal itu tidak sempat dilakukan karena sempat diketahui oleh penakawannya.
Pada hari yang telah ditentukan Pangeran Ahmad dan Muhammad pergi untuk menjalankan tugasnya akan tetapi Pangeran Maja Agung tidak mendapat berita tentang putranya. Kemudian mengutus kakaknya Pangeran Raja Sumenda untuk mencarinya. Pangeran Raja Sumenda pergi sendirian dari Mesir, beliau mendengar suara yang memberitahukan bahwa kedua keponakannya ada dalam gua.
Setelah ketemu kemudian melapor kepada Raja Maja Agung, tidak lama kemudian beliau menyusul dan bersama-sama bersemedi digua ini yang sekarang diberi nama gua keramat.
Didalam gua ini terdapat dua kuburan yang bukan sebenarnya, hanya sebagai tanda saja bahwa ditempat inilah syech Ahmad dan Muhamad menghilang (tilem).

b. Gua Panggung.

Menurut cerita yang berdiam digua ini adalah Embah Jaga Lautan atau disebut pula Kiai Pancing Benar. Beliau merupakan anak angkat dari Dewi Loro Kidul dan ibunya menugaskan untuk menjaga lautan didaerah Jawa Barat pada khususnya dan menjaga pantai Indonesia pada umunya oleh karena itu beliau disebut Embah Jaga Lautan.
Sebenarnya Embah Jaga Lautan ini berasal dari Mesir yng ditugaskan untuk menyiarkan agama Islam. Beliau mempunyai istri 7 orang yang setiap malam beliau bergiliran menengok salah satu ketujuh istrinya. Ketujuh istrinya itu selalu bertengkar satu sama lainnya. Pada satu hari istrinya yang ketujuh tidak sempat ditengok karena beliau pergi memancing. Pancing yang digunakan tidak berbentuk melingkar akan tetapi lurus dan ikan yang didapatnya disebut ikan topel karena ikan tersebut tidak menempel pada pancingnya. Setelah beliau mempunyai ikan topel tersebut ketujuh istrinya kemudian rukun bersama. Maka oleh karena itu beliau juga disebut Kiai Pancing Benar dan sampai sekarang masih banyak orang yang menangkap ikan tersebut karena masih percaya pada khasiatnya. Disebut Panggung karena dalam gua ini terdapat tempat seperti panggung yang dipakai untuk sembahyang para wali atau orang-orang yang naik haji ke Mekkah.

c. Gua Lanang.

Menurut cerita gua ini dulunya merupakan Kraton yang pertama Kerajaan Galuh, sedangkan Keraton yang kedua terdapat dikarang Kamuyuaan Ciamis, Raja Galuh ini laki-laki (lanang) yang sedang berkelana.

d. Batu Kalde atau Sapi Gumarang

Ditempat ini menurut cerita tinggal seorang sakti yang dapat menjelma menjadi seekor sapi yang gagah berani dan sakti. Sapi Gumarang adalah nahkoda kapal, pada suatu hari Sapi Gumarang ini diutus untuk membeli padi kedaerah Galuh, akan tetapi tidak berhasil sebab Raja Galuh tidak menizinkan berhubung persediaan padi untuk daerah itu sendiri belum mencukupi.

Nahkoda kapal sangat marah mendengar hal itu kemudian dia mengutus sapi Gumarang untuk merusak seluruh Galuh dan sekitarnya. Sapi Gumarang dapat menjalankan tugasnya dengan baik etrbukti seluruh padi baik yang berada dilumbung dan disawah terkena hama. Raja Galuh sangat terkejut dengan keadaan ini dan beliau yakin hal ini pasti dilakukan oleh utusan Nahkoda, kemudian beliau menyuruh putra angkatnya Sulanjana untuk mencari Sapi Gumarang dan harus mempertanggung jawabkan perbuatannya dan akan membantu kerajaan Galuh apabila terserang hama.

e. Rengganis.

Cerita ini berawal dengan adanya sebuah pemandian berupa sungai kepunyaan seorang Raja bernama Raja Mantri. Pada suatu hari Raja Mantri pergi untuk melihat-lihat pemandiannya. Kebetulan waktu itu Dewi Rangganis dan para inangnya sedang mandi.

Dewi Rangganis adalah putri dari kayangan, karena terdorong oleh perasaan hatinya kemudian Raja Mantri mengambil pakaian Dewi Rangganis. Alangkah terkejutnya sang Dewi karena pakaiannya sudah tidak ada pada tempatnya. Inangnya disuruh untuk mencarinya akan tetapi tidak berhasil. Karena kesalnya Dewi Rangganis kemudian berkata barang siapa menemukan bajunya maka akan dijadikan Saudara dan bila laki-laki akan dijadikan suami.

Semua perkataan Dewi terdengar oleh Raden Mantri kemudian dia keluar dari persembunyiannya. Untuk menepati janji, Dewi Rangganis bersedia menjadi istri Raden Raja Mantri.

Setelah menikah kemudian pemandian ini diserahkan kepada Dewi Rangganis. sejak itu pemandian itu dinamakan Cirengganis dan sampai sekarang banyak yang masih percaya akan khasiat apabila mandi disana.

FAsilitas.
Sarana dan Prasarana yang telah tersedia di TWA Pangandara antara lain berupa pintu gerbang, loket karcis, ruang informasi, shelter, jalan setapak, tempat parkir dan pos jaga.